Sunday, May 2, 2010

Banjarsari, Permukiman yang Peduli Lingkungan


Di antara banyaknya permukiman di Jakarta yang tidak memiliki sanitasi yang baik, permukiman Banjarsari di Cilandak Barat, Jakarta Selatan, termasuk yang “anomali”.







Daerah itu terbilang maju dalam hal kebersihan lingkungannya. Lihat saja, di setiap jalan yang ada di permukiman itu, hampir tidak ditemukan satu pun sampah padat atau sampah organik yang berserakan.

Sampah-sampah itu telah dipisahkan ke dalam tiga tempat sampah yang dibedakan berdasarkan warnanya. Tempat sampah berwarna hijau diperuntukkan bagi sampah organik, tempat sampah kuning untuk sampah non-organik, dan tempat sampah merah untuk sampah berbahaya dan mengandung zat kimiawi berat seperti alat elektronik atau baterai.

Pengelolaan sampah yang terorganisasi dengan baik itu berawal dari inisiatif Harini Bambang. Dia berupaya menciptakan lingkungan hijau penuh dengan pepohonan dan minim sampah.

Usaha yang dilakukannya memang terbilang kecil-kecilan, namun ternyata mampu menarik minat warga sekitar untuk mengikuti perilaku “hijaunya”.

Selama ini, warga berpendapat mengelola sampah cukup dengan mengumpulkan, mengangkut, dan membuang sampah ke tempat pembuangan.

Hal itu nyatanya tidak efektif karena yang terjadi hanyalah penumpukan sampah di wilayah lain. Melihat kondisi itu, Harini pun menyarankan dilakukannya pemanfaatan kembali sampah-sampah yang bisa didaur ulang.

Tidak hanya itu, sampah organik dikomposkan untuk dijadikan pupuk bagi pohon-pohon yang telah ditanam. Dengan demikian, pohon-pohon akan semakin subur sehingga fungsi tanaman untuk menyerap air dan menyimpan pasokan air semakin optimal.

Kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah anorganik ditengarai dapat menurunkan volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hingga 50 persen.

Bahkan, manfaat dari aktivitas itu tidak hanya dirasakan dari sisi lingkungan, tetapi juga dari sisi ekonomi. Sampah yang telah didaur ulang dan hasil pengomposan ternyata dapat dijual kembali sehingga menambah sumber pendapatan bagi warga Banjarsari.

Atas inisiatif “menghijaukan” daerahnya itu, Harini memperoleh penghargaan sebagai penyelamat lingkungan. Tidak hanya itu, Banjarsari pun diganjar Kalpataru pada 2001 dan mendapatkan Piala Adipura pada 2007.

Selain penghargaan dari dalam negeri, Banjarsari meraih penghargaan dari dunia internasional. Badan PBB yang mengurusi masalah pendidikan dan lingkungan, UNESCO, memilih Banjarsari sebagai lokasi proyek percontohan pengelolaan limbah rumah tangga dengan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) plus satu R, yaitu replanting.

Daerah itu juga akan dijadikan proyek percontohan untuk pengolahan sampah kali dan sungai hasil Program Switch in-Asia. Realisasi program diawali dengan pembenahan sistem sanitasi yang lebih hijau. “Memang pada awalnya agak susah menerapkan sebuah sistem yang ramah lingkungan di sebuah wilayah. Namun, kesuksesan itu bisa terjadi di Banjarsari.

Hal itu membuat saya yakin bahwa daerah-daerah lainnya bisa menerapkan sistem yang sama apabila dilakukan dengan pendekatan holistik,” kata Hubert Gijzen, Regional Director and Representative UNESCO for Indonesia.
(hag/L-2)

0 comments:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com